KEMATANGAN GONAD IKAN GABUS (Channa striata) MELALUI INDEKS KEMATANGAN GONAD DAN TINGKAT KEMATANGAN GONAD



KEMATANGAN GONAD IKAN GABUS (Channa striata) MELALUI INDEKS KEMATANGAN GONAD DAN TINGKAT KEMATANGAN GONAD



SRI WATINA BR TARIGAN
150302054
MSP/B






http://www.usu.ac.id/public/content/images/logo%20usu%20untuk%20semua%20png.png




                                   MATA KULIAH BIOLOGI PERIKANAN
  PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
  FAKULTAS PERTANIAN
  UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
  2017



KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Kematangan Gonad Ikan Gabus (Channa Striata) Melalui Indeks Kematangan Gonad Dan Tingkat Kematangan Gonad”.
Laporan ini sebagai salah satu tugas mata kuliah Biologi Perikanan, Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara..
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ani Suryanti, S.Pi., M.Si., selaku dosen mata kuliah yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalh ini.
Demikianlah makalah ini penulis selesaikan, penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Terima kasih.


Medan,  Juni 2017



Penulis











DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
PENDAHULUAN
       Latar Belakang.................................................................................................. 1        
       Tujuan Makalah................................................................................................ 3
       Manfaat Makalah.............................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA
       Ikan Gabus (Channa striata)............................................................................ 4
       Tingkat Kematangan Gonad Ikan Gabus (Channa striata)............................. 5
       Indeks Kematangan Gonad Ikan Gabus (Channa striata)............................... 7
KESIMPULAN
       Kesimpulan....................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan merupakan hewan vertebrata, namun diantara hewan vertebrata, ikan merupakan hewan vertebrata yang khas untuk hidup di dalam air dan merupakan vertebrata yang tingkatannya paling rendah dan didalam melakukan reproduksinya terdapat beberapa tipe reproduksi yakni ada yang berumah dua dan adapula yang berumah satu (hermaprodit), begitupun halnya dengan cara melindungi keturunan dan cara melakukan pembuahan telurnya ada berbagai tipe   (Riani dan Ernawati, 2005).
Ikan dapat di definisikan sebagai binatang vertebrata berdarah dingin, yang pergerakan dan keseimbangan tubuhnya terutama menggunakan sirip dan umumnya bernapas dengan insang serta hidup dalam lingkungan air. Dalam klasifikasi taksobomik, ikan disatukan dalam kelas Pisces, bahkan beberapa ahli memasukkan dalam super kelas. Pengetahuam ikan terus berkembang seiring berjalannya waktu. Dilihat dari perkembangannya, pengetahuan tentang ikan merupakan hasil dari keingintahuan yang selalu ada pada diri manusia tentang alam dan dari kebutuhan manusia akan keterangan yang berkaitan dengan jenis ikan yang dimanfaatkan (Rahardjo dkk., 2011).
Ikan merupakan sumberdaya laut yang dapat diperbaharui (renewable resources), yang artinya jika dimanfaatkan seoptimal mungkin maka potensi yang tertinggal dapat berkembang biak kembali. Tinggi rendahnya kemampuan berkembang biak bergantung pada banyak hal, antara lain individu ikan, lingkungan tempat hidup, dan kecepatan eksploitasi. Ikan dalam kehidupannya dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain mengikuti dinamika perairan laut. Jenis ikan tertentu dapat berenang melintasi perairan samudera, baik secara cepat maupun lambat (Putri dan Suciaty, 2010).
Ikan sebagai hewan air memiliki beberapa mekanisme fisiologis yang tidak dimiliki oleh hewan darat. Perbedaan habitat menyebabkan perkembangan organ-organ ikan disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Misalnya, sebagai hewan yang hidup di air, baik itu di perairan tawar maupun di perairan laut menyebabkan ikan harus dapat mengetahu kekuatan maupun arah arus, karenanya ikan di lengkapi dengan organ yang disebut linea lateralis (Fujaya, 2003).
Ikan memiliki keanekaragaman bentuk, ukuran, habitat serta distribusi jenis berdasarkan perbedaan ruang dan waktu sehingga membutuhkan pengetahuan tentang pengelompokan atau pengklasifikasian ikan. Pada umumnya bentuk tubuh ikan berkaitan erat dengan habitat dan cara hidupnya. Secara umum bentuk tubuh ikan adalah simetris bilateral, yang berarti jika ikan tersebut dibelah pada bagian tengah-tengah tubuhnya (potongan sagittal) akan terbagi menjadi dua bagian yang sama antara sisi kanan dan sisi kiri. Selain itu, terdapat beberapa jenis ikan berbentuk non-simetris bilateral, yaitu jika tubuh ikan tersebut dibelah secara melintang (crosssection) maka terdapat perbedaan antara sisi kanan dan sisi kiri tubuh (Bhagawati dkk., 2013).
Ikan menghuni semua bentuk ekosistem apakah laut, perairan payau ataupun perairan tawar. Tempat hidup ikan berkisar dari 11 km di bawah permukaan laut sampai 5 km di atas permukaan laut. Pada perairan laut yang berkedalaman sangat dalam (daerah abisal), di mana keadaannya selalu gelap gulita dengan tekanan hidrostatik yang amat besar, ikan masih bisa hidup. Kondisi lingkungan yang begitu berat menjadikan jumlah spesies dan indvidunya pun sedikit, tidak sebanyak ikan yang tinggal jauh lebih dekat dengan permukaan. Hal yang sama juga ditemukan di danau atau sungai digunung yang tinggi                     (Rahardjo dkk., 2011).
Perkembangan gonad pada ikan menjadi perhatian pada pengamatan reproduksi ikan. Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadinya pemijahan. Sebelum terjadinya pemijahan, sebagian besar hasil metabolisme dalam tubuh dipergunakan untuk perkembangan gonad. Pada saat ini gonad semakin bertambah berat diikuti dengan semakin bertambah besar ukurannya termasuk diameter telurnya. Berat gonad akan mencapai maksimum pada saat ikan akan berpijah, kemudian berat gonad akan menurun dengan cepat selama pemijahan berlangsung sampai selesai. Peningkatan ukuran gonad atau perkembangan ovarium disebabkan oleh perkembangan stadia oosit, pada saat ini terjadi perubahan morfologi yang mencirikan tahap stadianya. Pertambahan berat gonad pada ikan betina sebesar 10-25% dari berat tubuh dan pertambahan pada jantan sebesar 5-10% (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Kematangan Gonad (TKG), yaitu dengan cara: 1. Histologi, yaitu dengan cara melakukan penelitian di dalam laboratorium yang akan menghasilkan data anatomi perkembangan gonad secara lebih jelas dan mendetail. 2. Pengamatan morfologi, yaitu pengamatan dengan melihat bentuk, ukuran panjang berat, warna dan perkembangan isi gonad yang dapat dilihat (Sofijanto dkk., 2016).
Ikan Gabus merupakan salah satu jenis ikan yang bernilai ekonomis yang digemari masyarakat karena mempunyai tekstur daging yang putih dan tebal serta cita rasa yang khas. Dengan tekstur yang tebal dan putih serta tidak mempunyai duri selip, ikan Gabus merupakan jenis ikan yang paling banyak digunakan untuk produk olahan seperti kerupuk, pempek, dan berbagai jenis makanan lainnya (Pamungkas, 2013).

Tujuan Makalah
            Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut
1.        Untuk mengetahui cara membedakan tingkat kematangan gonad pada Ikan Gabus (Channa striata).
2.        Untuk mengetahui cara penentuan indeks kematangan gonad Ikan Gabus (Channa striata).
3.        Untuk mengetahui tahap-tahap perkembangan Ikan Gabus (Channa striata).

Manfaat Makalah
Manfaat dari makalah ini adalah sebagai informasi untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang perkembangan gonad Ikan Gabus (Channa striata) bagi pihak yang membutuhkan.
             
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Gabus (Channa striata)
Ikan Gabus memiliki ciri-ciri morfologi yaitu bentuk tubuh bilateral simetris dengan badan memanjang dan subsilendris, kepala pipih, bersisik seperti kepala ular, mulut berukuran lebar dan mengarah keatas. Vomer dan palatine tidak mempunyai deretan gigi-gigi kecil dan sederet gigi berbentuk taring yang tajam. Bibir tipis, hanya bibir rahang atas yang berlipatan, bibir halus tidak bergerigi dan moncong berukuran panjang serta lancip. Sirip punggung terletak dibelakang kepala bagian anterior badan, permulaan sirip punggung di depan sirip perut dan sirip punggung terpisah dengan sirip ekor. Posisi dasar sirip dada vertical, sirip dada terletak dibawah gurat sisi persis dibelakang tutup insang dan sirip dada lebih pendek dari bagian kepala dibelakang mata. Posisi sirip perut subabdominal, sirip ekor berbentuk bundar ( Rounded) dan gurat sisi lengkap sempurna, actor menyerupai garis lurus mulai dari sudut atas operculum sampai ke pertengahan pangkal sirip ekor (Putra, 2009).
Ikan gabus merupakan salah satu jenis ikan karnivora air tawar yang menghuni kawasan Asia Tenggara. Tubuh ikan gabus umumnya berwarna coklat sampai hitam pada bagian atas dan coklat muda sampai keputih putihan pada bagian perut. Kepala agak pipih dan bentuknya seperti ular dengan sisik-sisik besar di atas kepala, oleh sebab itu, dijuluki sebagai snake head. Sisi atas tubuh ikan gabus dari kepala hingga ke ekor berwarna gelap, hitam kecoklatan atau kehijauan. Sisi bawah tubuh berwarna putih mulai dagu ke belakang. Sisi samping bercoret tebal (striata, bercoret-coret) dan agak kabur, warna tersebut seringkali menyerupai lingkungan sekitarnya. Mulut ikan gabus besar, dengan gigi-gigi yang tajam.                                     Sirip punggung memanjang dengan sirip ekor membulat di bagian ujungnya                                        (Listyanto dan Andriyanto, 2009).
Ikan gabus merupakan ikan karnivora dengan makanan utamanya udang, katak, cacing, serangga dan semua jenis ikan. Pada masa larva ikan gabus memakan zooplankton dan pada ukuran fingerling makanannya berupa serangga, udang dan ikan kecil. Ukuran ikan pada saat pertama kali matang gonad tidak selalu sama. Perbedaan ukuran ini terjadi akibat perbedaan kondisi ekologis perairan. Ikan gabus dan jenis ikan rawa lainnya melakukan pemijahan di awal atau pertengahan musim hujan (Makmur dan Prasetyo, 2006).
Ikan Gabus merupakan jenis ikan air tawar yang dapat hidup di sungai, danau, kolam, bendungan, rawa, banjiran, sawah bahkan parit, dan air payau. Ikan ini mampu menghirup udara dari atmosfer karena memiliki organ napas tambahan pada bagian atas insangnya. Hal ini juga yang membuat ikan tersebut mampu bergerak dalam jarak jauh pada musim kemarau untuk mencari sumber air. Sama seperti pada ikan lele (Clarias sp.), ikan betook (Anabas testudineus), ikan sepat (Trichogaster sp.) yang tergolong jenis-jenis ikan labirintchy yang punya alat bantu pernafasan. Dengan adanya alat bantu pernafasan ini, maka ikan Gabus mampu memanfaatkan oksigen yang ada di atmosfer sebagai sumber gas pernafasan, sehingga ikan Gabus mampu mempertahankan hidupnya lebih dari 8 jam tanpa air, ikan Gabus hidup dengan kondisi perairan yang mempunyai pH 6,2 – 7,8 dan 26,5 – 31,5 °C (Alfarisy, 2014).
Secara umum ikan gabus (Channa striata) memiliki pola pertumbuhan allometrik atau pertambahan bobot lebih cepat daripada pertambahan panjang badan, hal ini berkaitan dengan sifat agresifnya dalam mencari makan. Ikan ini memangsa berbagai ikan kecil, serangga, dan berbagai hewan air lain termasuk berudu dan kodok. Makanan alami ikan gabus berupa hewan-hewan akuatik seperti ikan-ikan kecil, kodok serta insekta air. Dalam proses pemijahan spesies ini memiliki kebiasaan membangun sarang berbusa di antara vegetasi di lingkungan hidupnya. Ikan gabus membuat sarang yang berbentuk busa di sekitar tanaman air di rawa dan perairan dangkal dengan arus lemah. Busa tersebut berbentuk semacam lingkaran yang berfungsi selain sebagai area pemijahan juga sebagai pelindung telur yang telah dibuahi ((Listyanto dan Andriyanto, 2009).
 

Tingkat Kematangan Gonad Ikan Gabus (Channa striata)
 Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Pada ikan di daerah actor actor suhu secara actori perubahannya tidak besar dan umumnya gonad dapat masak lebih cepat, dan pengamatan gonad dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara histologi dan morfologi (Pamungkas, 2013).
TKG merupakan satu tingkatan kematangan seksual pada ikan. Sebagian besar hasil actoring digunakan selama fase perkembangan gonad. Dalam tahapan kematangan gonad, perkembangan sel telur menjadi semakin besar, berisi kuning telur dan akan diovulasikan pada ikan yang telah dewasa. Jika gonad actor masak memiliki beberapa tanda, di antaranya gonad mengisi setengah rongga tubuh, gonad betina berwarna kuning, bentuk telur tampak melalui dinding ovary (Sofijanto dkk., 2016).
Pengamatan kematangan gonad dilakukan dengan dua cara yaitu cara histology dan pengamatan morfologi. Pengamatan secara histologi akan dapat diketahui anatomi perkembangan gonad tadi lebih jelas dan mendetail, sedangkan pengamatan morfologi tidak sedetail histologi namun cara ini banyak dilakukan para peneliti. Dasar yang dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad dengan cara morfologi adalah bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan perkembangan isi gonad yang dapat dilihat (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Ukuran pertama kali matang gonad (Lm50%) penting diketahui dalam kaitannya untuk pengelolaan. Ini dapat digunakan untuk melihat hasil tangkapan apakah menyebabkan terjadinya overfishing atau underfishing. Hal tersebut dapat dilihat bahwa ikan yang tertangkap belum kondisi matang gonad, sehingga tidak memberikan kesempatan ikan untuk bereproduksi dan dapat mengurangi populasi ikan di perairan. Intensitas penangkapan perlu dibatasi agar tidak mengarah pada recruitment overfishing, yaitu apabila kegiatan perikanan banyak menangkap ikan-ikan yang telah matang gonad sehingga ikan tidak memiliki kesempatan untuk bereproduksi (Putra, 2009).
TKG sangat mempengaruhi nilai IKG, baik pada ikan jantan maupun betina. Semakin tinggi tingkat kematangan gonad ikan gabus yang didapatkan semakin tinggi pula nilai IKG nya. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara IKG dan TKG ikan. Nilai IKG ikan gabus tertinggi untuk ikan jantan terdapat pada TKG IV dengan kisaran 1,5646 – 2,5115% dan untuk ikan betina 1,3827 – 3.6601%. berdasarkan nilai indeks kematangan gonad (IKG) tersebut dapat diketahui bahwa nilai IKG ikan manggabai jantan dan betina mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya tingkat kematangan gonad (TKG) (Makmur dan Prasetyo, 2006).
Kematangan gonad pada ikan dipengaruhi oleh actor luar dan dalam. Faktor luar yang berpengaruh terhadap kematangan gonad adalah suhu, arus, serta keberadaan lawan jenis, sedangkan pengaruh actor dalam yaitu perbedaan dalam spesies, umur, serta kondisi fisiologis. Kendala dalam pembenihan ikan gabus adalah bahwa ikan ini sulit berkembang gonadnya di dalam wadah budidaya. Proses domestikasi diduga merupakan penyebab lambatnya perkembangan gonad akibat hilangnya beberapa sinyal lingkungan yang berhubungan dengan ritme reproduksi sehingga ikan tidak mampu bereproduksi dengan optimal dalam wadah budidaya. Salah satu upaya untuk mempercepat perkembangan gonad ikan gabus adalah dengan stimulasi hormonal melalui penyuntikan actor HCG (Human Chorionic Gonadotropin) secara berkala (Putra, 2009).

Indeks Kematangan Gonad Ikan Gabus (Channa striata)
            Dalam perkembangannya menuju kematangan, testis kian besar dan bertambah berat. Bobot terstis yang sudah matang atau siap memijah dapat mencapat 12% atau lebih dari bobot tubuhnya. Kebanyakan tertis berwarna putih susu dan mempunyai lapisan luar yang halus. Pada saat matang ovarium berwarna kekuning kuningan dan menampakkan butiran telur. Bobot ovarium dapat mencapai puluhan persen dari bobot tubuh ikan. Secara umum indeks kematang gonad jantan lebih kecil dari pada indeks kematangan gonad ikan betina                (Rahardjo dkk., 2011).
Kematangan gonad dapat diketahui dengan menghitung indeks kematangan gonad (IKG), yaitu perbandingan antara berat gonad dengan berat tubuh ikan. Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian vitellogenesis, yaitu pengendapan kuning telur, sehingga terjadi perubahan-perubahan pada gonad dan beratnya menjadi bertambah. Gonad ikan jantan mengalami viteloogenesis terjadi peningkatan berat 5-10%, sedangkan pada betina 10-25% (Makmur dan Prasetyo, 2006).
Indeks Kematangan Gonad merupakan persentase dari berat gonad terhadap berat tubuh ikan. Dalam siklus reproduksi ikan, Indeks Kematangan Gonad meningkat sejalan dengan proses maturasi untuk mengetahui perubahan yang terjadi dalam gonad secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan suatu indeks yang disebut dengan Indek Kematangan Gonad (IKG) (Putra, 2009).
Indeks Kematangan Gonad (IKG) yaitu suatu nilai dalam persen sebagai hasil perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan dikalikan 100 persen. Nilai IKG saja tidak cukup memberikan informasi karakteristik aktivitas reproduksi. Pengamatan yang diperoleh dari gambaran histologis dari bentuk oosit dan ukuran oosit dapat memberikan informasi lebih jelas tentang tingkatan aktivitas reproduksi. Indeks Kematangan Gonad (GSI) akan semakin meningkat nilainya dan akan mencapai batas maksimum pada saat terjadi pemijahan. Pada ikan betina nilai IKG lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan. Nilai IKG akan sangat bervariasi setiap saat tergantung pada macam dn pola pemijahannya. Penghitungan indeks kematangan gonad selain menggunakan perbandingan antara berat gonad dengan berat tubuh ikan, dapat juga dengan mengamati perkembangan garis tengah telur yang dikandungnya hasil dari pengendapan kuning telur selama proses vitellogenesis. Perkembangan gonad akan diikuti juga dengan semakin membesarnya pula garis tengah telur yang dikandung di dalamnya. Sebaran garis tengah telur pada tiap tingkat kematangan gonad akan mencerminkan pola pemijahan ikan tersebut (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
            Perubahan secara kuantitatif yang terjadi pada gonad dapat diketahui melalui pengukuran indeks kematangan gonad (IKG). Nilai IKG merupakan nilai perbandingan antara berat gonad dengan keseluruhan bobot tubuh ikan. Selain IKG, parameter lain yang dapat digunakan untuk menilai kualitas gonad ikan adalah Indeks Hepatosomatik (IHS) yang merupakan nilai persentase antara bobot hati dengan total bobot tubuh (Putra, 2009).
Nilai kisaran IKG untuk ikan gabus betina lebih besar actoring ikan jantan, hal ini menunjukkan bahwa nilai IKG yang terbesar diperoleh pada masa pemijahan atau spawning (TKG IV). IKG akan semakin meningkat nilainya dan akan mencapai batas maksimum pada saat akan terjadi pemijahan. Selanjutnya actor-faktor yang mendukung perkembangan gonad ikan dapat disebabkan oleh actor lingkungan seperti suhu, makanan, periode cahaya, musim, dan proses hormonal (Rahardjo dkk., 2011).

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Tingkat kematangan gonad ikan gabus dapat dilihat dengan pengamatan morfologi dan histologinya. Pengamatan morfologi dapat dilihat dari bentuk dan ukuran tubuh serta warna tubuh ikan gabus. Pengamatan histology dapat dilihat dengan melihat gonad pada ikan gabus.
2.      Indeks kematangan gonad dapat dhitung dengan menggunakan perbandingan bobot gonad dan bobot tubuh ikan di kali 100 persen.
3.      Perkembangan gonad ikan gabus menuju kematangan dilihat dengan testis kian besar dan bertambah berat. Bobot terstis yang sudah matang atau siap memijah dapat mencapat 12% atau lebih dari bobot tubuhnya. Kebanyakan tertis berwarna putih susu dan mempunyai lapisan luar yang halus. Pada saat matang ovarium berwarna kekuning kuningan dan menampakkan butiran telur. Bobot ovarium dapat mencapai puluhan persen dari bobot tubuh ikan. Secara umum indeks kematang gonad jantan lebih kecil dari  pada indeks kematangan gonad ikan betina.


DAFTAR PUSTAKA
Bhagawati, D., M. N. Abulisd dan A. Amurwanto. 2013. Fauna Ikan Siluriformes dari Sungai Serayu, Banjaran, dan Tajum di Kabupaten Banyumas. Jurnal Mipa. Vol 36 (2) : 112-122.
Fujaya, Y. 2002. Fisiologi ikan, Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan. Direktorat Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Listyanto, N dan S. Andriyanto. 2009. Ikan Gabus (Channa striata) manfaat Pengembangan dan Alternatif Teknik Budidaya. Media Akuakultur. Vol 4 (1).
Makmur, S dan D. Prasetyo. 2006. Kebiasaan Makan Tingkat Kematangan Gonad dan Fekundits Ikan Haruan (Channa striata Bloch) di Suaka Perikanan Sungai Sambujur DAS Barito Kalimantas Selatan. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikana Indonesia. Vol 13 (1) : 27-31.
Pamungkas, Y.P. 2013. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Nila (Oreochromis         niloticus) Di Danau Batur, Kabupaten Bangli, Bali. 11 (2) :71-74.
Putra, M.R. 2009. Pola Pertumbuhan Otolith Ikan Gabus (Channa striata) di Perairan Sungi Siak Provinsi Riau. Berkala Perikanan Terubuk. Vol 37 (2) : 1-11 : ISSN 0126-6265.
Putra, M.R. 2009. Pola Pertumbuhan Otolith Ikan Gabus (Channa striata) di Perairan Sungi Siak Provinsi Riau. Berkala Perikanan Terubuk. Vol 37 (2) : 1-11 : ISSN 0126-6265.
Putri, M.R dan F. Suciaty. 2010. Analisis Parameter Oseanografi untuk Penentuan Habitat Ikan Pelagis di Perairan Paparn Sunda. Jurnal Perikanan. Vol 12 (2): 72-78. Issn: 0853-6384 72.
Rahardjo, M. F., D. S. Syafei., R. Affandi dan Sulistiono. 2011. Lubuk Agung : Bandung.
Riani, E dan Y. Ernawati. 2005. Hubungan Perubahan Jenis Kelamin dan Ukuran Tubuh Ikan Belut Sawah (Monopterus Albus). Institut Pertanin Bogor, Bogor.
Sofijanto, A, A., Risti, K dan Hari Subagio. 2016. Rasio Jenis Kelamin dan Tingkat Kematangan Gonad Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Yang Tertangkap pada Pukat Cincin Berlampu Setan di Perairan Lamongan. Universitas Trunojoyo Madura. Madura
Wahyuningsih, H dan A. Barus. 2006. Buku Ajar Ikhtiologi. Universitas Sumatera Utara, Medan.
 


 

























 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AIR JERNIH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM KOLOID DAN ADSORPSI