AIR JERNIH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM KOLOID DAN ADSORPSI
AIR JERNIH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM
KOLOID DAN ADSORPSI
Sri Watina br. Tarigan
Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Sistem
koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan
suspensi (+Campuran kasar). Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang
berbeda dari sifat larutan ataupun suspensi. Sistem koloid terdiri atas fase
terdispersi dengan ukuran tertentu dalam medium pendispersi. Sistem koloid banyak dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari, seperti di alam (tanah, air, dan udara), industri, kedokteran,
sistem hidup, dan pertanian. Salah satu sifat-sifat sistem koloid adalah
peristiwa Adsorpsi. Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau
senyawa lain pada permukaan partikel
koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. Penyerapan
partikel atau ion oleh permukaan
koloid atau yang disebut peristiwa adsorpsi ini dapat menyebabkan koloid
menjadi bermuatan listrik. Alat penjernih air yang dibuat memiliki beberapa
komponen penyaring, berurutan dari bawah ke atas yaitu pasir, tawas, kapas,
sabut kelapa, arang, batu kerikil dan lidi. Komposisi jumlah bahan yang
digunakan adalah sama, yakni setiap bahan menempati ruang yang bertinggi 4 cm
dalam botol air mineral. Komponen alat penjernih air yang dibuat memang disusun
berdasarkan kerapatannya. Yakni dari atas botol, bahan berkomponen renggang dan
semakin kebawah semakin padat. Hal ini dimaksudkan agar penjernih air dapat
optimal dalam melakukan fungsinya.
Kata Kunci:
Koloid, Adsorpsi, dan Penjernihan Air
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Di dalam air tanah, transport koloid yang mampu
mengadsordsi ion-ion aktinida sangat perlu dipelajari terutama dikaitkan dengan
unjuk kerja dari sistem penyimpanan limbah radioaktif. Di dalam air tanah,
koloid berperan menjadi fase ketiga yang mempunyai fase bukan larutan dan juga
bukan padatan. Fase ini dapat meningkatkan jumlah aktinida yang dapat bermigrasi
ke aquifer [1-4]. Transport koloid ini dapat dihambat dengan filtrasi.
Karena ukurannya yang relatif besar dibandingkan dengan larutan, maka koloid
mempunyai sifat yang sangat berbeda dengan unsur terlarut. Maka untuk
mempelajari transport koloid pengkajian harus difokuskan pada migrasi koloid,
terutama pada mekanisme filtrasi yag bertujuan untuk menghambat migrasi koloid,
sehingga dapat menurunkan angka ketidakpastian di dalam sistem penyimpanan
lestari limbah radioaktif. Mekanisme filtrasi telah banyak dipelajari misalnya
pada pengolahan air dan transport dari kontaminan koloid dalam air tanah. Pada
transport koloid, yang mempunyai ukuran lebih kecil dibandingkan dengan pathway
hanya akan terhenti jikagaya tarik menarik mendominasi dan ketika
bertumbukan pada permukaan. Fenomena ini disebut deposisi. Apakah material itu
nantinya menempel atau tidak tergantung interaksi antara partikel dan
permukaan. Interaksi ini dapat dijelaskan dengan teori stabilitas koloid
Derjaguin-Landau and Vervey-Overbeek (DLVO).
Sistem koloid adalah suatu bentuk
campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi (Campuran kasar).
Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari sifat larutan
ataupun suspensi. Sistem koloid pada hakekatnya terdiri atas dua fase, yaitu
fase terdispersi dan medium pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase
terdispersi sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut medium
pendispersi. Sistem koloid dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari seperti
pada pembuatan tahu, yoghurt, eskrim, penjernihan air, dan lain-lain.
Perkembangan selanjutnya dari proses
pengolahan air minum, telah menghasilkan bahwa pembubuhan zat pengendap atau
penggumpal (koagulan) dapat ditambahkan sebelum proses penjernihan (filtrasi).
Selanjutnya proses penggumpalan yang ditambahkan dengan proses pengendapan
(sedimentasi) dan penjernihan (filtrasi) serta menggunakan zat-zat organik dan
anorganik adalah merupakan awal dari cara pengolahan air.
Kini ilmu
pengetahuan telah berkembang dengan cepatnya, telah diciptakan/ didesain sarana
pengolahan air minum dengan berbagai sistem. Sistem pengolahan air minum yang
dibangun tergantung dari kualitas sumber air bakunya, dapat berupa pengolahan
lengkap atau pengolahan sebagian. Pengolahan lengkap adalah pengolahan air
minum secara fisik, kimia dan biologi.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana sistem koloid dan adsorpsi dapat menjernhkan
air?
2.
Bagaimana penggunaan bahan kimia dan bahan alami dapat
berpotensi menimbulkan efek samping?
3.
Bagaimanakah perbandingan efek samping dari pemakaian
bahan kimia dan bahan alami?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas,
tujuan yang hendak kami capai dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui
cara memperoleh air bersih melalui proses penjernihan air sederhana.
2. Mengetahui
hubungan penjernihan air sederhana dengan sistem koloid dan adsorbsi.
1.4 Manfaat
Penulisan
1. Mengajak masyarakat untuk menggunakan cara penjernihan air yang
sederhana dalam memperoleh air yang jernih.
2. Mengurangi pemakaian bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Suspensi, Larutan dan Koloid
Suspensi
adalah suatu campuran fluida yang mengandung partikel
padat. Atau dengan kata lain campuran heterogen dari zat cair dan zat padat
yang dilarutkan dalam zat cair tersebut. Partikel padat dalam sistem suspensi
umumnya lebih besar dari 1 mikrometer sehingga cukup besar untuk memungkinkan
terjadinya sedimentasi. Tidak seperti koloid,
padatan pada suspensi akan mengalami pengendapan/sedimentasi walaupun tidak
terdapat gangguan. Singkatnya, suspensi merupakan campuran yang masih dapat
dibedakan antara pelarut dan zat yang dilarutkan. Suspensi cairan atau padatan
(dalam jumlah kecil) di dalam gas disebut sebagai aerosol.
Contoh sistem aerosol dalam kehidupan manusia adalah debu di atmosfer.
Suspensi merupakan sistem dispersi dengan ukuran
relatif besar tersebar merata dalam medium pendispersinya. Pada umumnya
suspensi merupakan campuran heterogen. Contohnya dalam kehidupan sehari-hari
yaitu pasir yang dicampur dengan air.
Larutan adalah campuran homogen yang
terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam
larutan disebut (zat) terlarut
atau solut, sedangkan zat yang
jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan
dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat
terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi.Larutan
merupakan sistem dispersi yang ukuran partikel-partikelnya sangat kecil,
sehingga tidak dapat diamati (dibedakan) antara partikel pendispersi dan
partikel terdispersi meskipun dengan menggunakan mikroskop ultra. Contohnya larutan gula, larutan
garam, alkohol 70%, larutan cuka, spiritus, air laut, bensin, dan udara yang
bersih (Sriwahyuni dan Suryantoro, 2010).
Istilah koloid pertama
kali diperkenalkan oleh Thomas Graham (1861) berdasarkan pengamatannya terhadap
gelatin yang merupakan kristal tetapi sukar mengalami difusi, padahal umumnya
kristal mudah mengalami difusi. Koloid berasal dari kata “kolia”, yang artinya
“lem”. Pada umumnya koloid mempunyai ukuran partikel antara 1 nm– 100 nm. Oleh
karena ukuran partikelnya relatif kecil, sistem koloid tidak dapat diamati
dengan mata langsung (mata telanjang), tetapi masih bisa diamati dengan
menggunakan mikroskop ultra. Contohnya sabun, susu, jelli, mentega, selai,
santan, dan mayonase.
Koloid adalah sistem
dispersi. Sistem dispersi atau sistem sebaran adalah suatu sistem yang
menunjukkan bahwa suatu zat terbagi halus dalam zat lain. Zat yang terbagi atau
zat yang terdispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan zat yang digunakan
untuk mendispersikan disebut fase pendispersi. Berdasarkan perbedaan ukuran zat
yang didispersikan, sistem dispersi dibedakan atas dispersi kasar atau
suspensi, dispersi halus atau koloid, dan dispersi molekuler atau larutan.
Sistem koloid (selanjutnya disingkat
"koloid" saja) merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua
atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi
yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen
berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya
lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya.
Sifat homogen ini juga dimilik oleh larutan, namun
tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).
(Sriwahyuni dan Suryantoro, 2010).
Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang
keadaannya terletak antara larutan dan suspensi (+Campuran kasar). Sistem
koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari sifat larutan ataupun
suspensi. Sistem koloid terdiri atas fase terdispersi dengan ukuran tertentu
dalam medium pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi,
sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut medium dispersi.
Fase terdispersi bersifat diskontinu (terputus-putus), sedangkan medium
dispersi bersifat kontinu (Qudsiyah, 2013).
Sistem koloid banyak dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari, seperti di alam (tanah, air, dan udara), industri,
kedokteran, sistem hidup, dan pertanian. Di industri sendiri, aplikasi koloid
untuk produksi cukup luas. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang
penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling
melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi skala besar.
Menurut Qudsiyah (2013) koloid
memiliki bentuk bermacam-macam, tergantung dari fase zat pendispersi dan zat
terdispersinya. Jenis-jenis koloid terdiri dari :
1. Koloid
yang fase terdispersinya padat disebut sol. Ada tiga jenis sol yaitu sol padat
(padat dalam padat), sol cair (padat dalam cair), dan sol gas (padat dalam
gas).
2. Koloid yang fase teridpersinya cair disebut emulsi. Ada
tiga jenis emulsi yaitu emulsi padat (cair dalam padat), emulsi cair (cair
dalam cair), dan emulsi gas (cair dalam gas).
3. Koloid yang fase terdispersinya gas disebut buih. Hanya
ada dua jenis buih yaitu buih padat dan buih cair. Campuran antara gas dengan
gas selalu bersifat homogen, jadi merupakan larutan, bukan koloid.
Koagulasi
adalah proses penambahan koagulan pada air baku yang menyebabkan terjadinya
destabilisasi dari partikel koloid agar terjadi agregasi dari partikel yang
telah terdestabilisasi tersebut. Dengan penambahan koagulan, kestabilan koloid
dapat dihancurkan sehingga partikel koloid dapat menggumpal dan membentuk
partikel dengan ukuran yang lebih besar, sehingga dapat dihilangkan pada unit
sedimentasi. Terdapat 4 mekanisme destabilisasi partikel, yaitu, pemampatan lapisan
ganda, adsorpsi untuk netralisasi muatan, penjebakan partikel dengan koagulan,
serta adsorpsi dan pembentukan jembatan antar partikel melalui penambahan
polimer (Rachmawati dkk., 2009).
2.2 Adsorpsi
Salah satu sifat-sifat
sistem koloid adalah peristiwa Adsorpsi. Adsorpsi adalah peristiwa
penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan partikel
koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. Penyerapan partikel
atau ion oleh permukaan koloid atau yang disebut peristiwa adsorpsi ini
dapat menyebabkan koloid menjadi bermuatan listrik.
Adsorpsi
merupakan suatu proses kimia ataupun fisika yang terjadi ketika suatu fluida,
cairan maupun gas , terikat kepada suatu padatan atau cairan (disebut: zat
penjerap, adsorben) dan akhirnya membentuk suatu lapisan film (disebut:
zat terjerap, adsorbat) pada permukaannya. Berbeda dengan absorpsi yang
merupakan penyerapan fluida oleh fluida lainnya dengan membentuk suatu larutan.
Dalam pengertian lain menyatakan adsorpsi merupakan suatu peristiwa penyerapan
pada lapisan permukaan atau antar fasa, dimana molekul dari suatu materi
terkumpul pada bahan pengadsorpsi atau adsorben.
Contoh
Adsorpsi koloid yang paling sederhana adalah yang terjadi pada koloid Fe(OH)3
dan As2S3. Koloid Fe(OH)3 dalam air akan
menyerap ion H+ sehingga bermuatan positif. Sedangkan Koloid As2S3
akan bermuatan negatif karena permukaannya dapat menyerap ion S2.
2.3 Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini
mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel
lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak
untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut
dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion
Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk
partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi: Al3+ + 3H2O
Al(OH)3 + 3H+
Setelah itu, Al(OH)3
menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan
terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas
yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi (Sriwahyuni dan Suryantoro,
2010).
BAB III
METODE PENULISAN
3.1. Metode Penulisan
Metode yang
digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian. Dengan menerapkan materi penjernihan
air menggunakan sistem koloid dan adsorbsi.
3.2. Metode Pengambilan Sampel
Sampel yang
digunakan adalah air keruh .yang kemudian akan di jernihkan menggunakan alat
yang di buat.
3.3. Teknik Analisis dan Pengolahan Data
Teknik
analisis yang digunakan adalah analisis adalah sebagai berikut :
·
Tentukan tempat pengambilan bahan
· Kumpulkan
semua sampel
·
Simpan sampel untuk di analisis
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Memperoleh
Air Bersih Dari Penjernih Air Sederhana
Memperoleh air bersih yang
diperlukan dapat menggunakan alat penjernih air sederhana. Air yang di saring
dalam percobaan ini menggunakan air keruh yang digolongkan sebagai suspensi.
Karena bersifat heterogen, terdiri dari dua fase yaitu padat dan cair, keruh,
serta apabila didiamkan terbentuk endapan.
Alat penjernih air yang dibuat
memiliki beberapa komponen penyaring, berurutan dari bawah ke atas yaitu pasir,
tawas, kapas, sabut kelapa, arang, batu kerikil dan lidi. Komposisi jumlah
bahan yang digunakan adalah sama, yakni setiap bahan menempati ruang yang
bertinggi 4 cm dalam botol air mineral. Komponen alat penjernih air yang dibuat
memang disusun berdasarkan kerapatannya. Yakni dari atas botol, bahan
berkomponen renggang dan semakin kebawah semakin padat. Hal ini dimaksudkan
agar penjernih air dapat optimal dalam melakukan fungsinya.
Ketika air
keruh dimasukkan ke dalam alat penjernih air sederhana. Maka tidak lain dan
tidak bukan air yang keluar dari alat penjernih air tersebut adalah air yang
jauh lebih jernih dibandingkan yang semula. Hal ini dikarenakan
partikel-partikel suspensi yang membuat air menjadi keruh ukurannya lebih besar
dibandingkan kerapatan komponen-komponen penyaring dalam alat penjernih air
sederhana. Selain itu terdapat tawas yang berfungsi unuk , mengadsorbsi,
mengendapkan dan menggumpalkan kotoran-kotoran dalam air keruh. Ion Al3+
dari tawas akan menggumpalkan koloid tanah liat yang bermuatan negatif.
Disamping itu tawas juga akan mengadsorbsi zat-zat seperti warna, detergen,
peprisida dan lain-lain yang terdispersi dalam air keruh.
4.2. Hubungan
Penjernih Air Sederhana Dengan Sistem Koloid
Air dapat dijernihkan berdasarkan
sifat-sifat koloid, yaitu koagulasi dan absorpsi. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, proses koagulasi terjadi akibat tidak stabilnya sistem koloid; yang
disebabkan penambahan zat elektrolit ke dalam sistem koloid tersebut. Sedangkan
absorpsi adalah proses ketika permukaan koloid menyertakan zat lain. Air sungai
atau air sumur yang keruh mungkin mengandung lumpur (sol tanah liat), zat-zat warna,
detergen, pestisida, dan lain-lain.
Zat koagulasi yang ditambahkanpada
proses penjernihan air adalah tawas, K2SO4A12(SO4)3.
Zat A12(SO4 )3 dalam air akan terhidrolisis
membentuk koloid A1(OH)3. Koloid Al(OH)3 yang terbentuk
akan mengadsorpsi, menggumpalkan, dan mengendapkan kotoran-kotoran dalam air
keruh. Ion Al3+ dari koloid Al(OH)3 akan menggumpalkan
koloid tanah liat yang bermuatan negatif. Disamping itu, koloid Al(OH)3 akan
mengadsorpsi zat-zat lain seperti zat-zat warna, detergen, pestisida, dan
lain-lain yang terdispersi dalam air keruh tersebut
BAB V
KESIMPULAN
5.1.
Kesimpulan
1. Alat penjernih air sederhana dapat menghasilkan air jernih dari air
keruh. Karena suspensi (air keruh) memiliki partikel-partikel cukup besar
dibandingkan kerapatan komponen-komponen alat penjernih air sehingga kotoran
tertinggal di dalamnya. Selain itu alat penjernih air mengandung tawas yang
akan mengendapkan berbagai kotoran dalam air keruh.
2. Alat penjernih air merupakan salah satu alat yang
menggunakan sifat koagulasi dalam koloid. Yakni menambahkan koagulator “tawas”
untuk mengendapkan koloid lain seperti koloid tanah liat dan partikel-partikel
lain yang membuatnya keruh. Selain itu juga terdapat sifat adsorbsi sehingga
permukaan tawas menyerap zat-zat warna, pestisida, detergen dll yang
terdispersi dalam air.
5.2.
Saran
Adapun saran dari percobaan ini
yaitu masyarakat diharapkan memanfaatkan teknologi sederhana ini karena sangat
bermanfaat bagi kita semua karena air bersih merupakan kebutuhan mutlak yang
harus terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA
Rachmawati,
S.W., Bambang Iswanto dan Winarni. 2009. Pengaruh Ph pada Proses Koagulasi dengan Koagulan Aluminum Sulfat fan
Ferri Klorida. Jurnal Teknologi Lingkungan. Vol. 5 (2): 40-45. ISSN:
1829-6572.
Sriwahyuni
H. dan Suryantoro. 2010. Pengaruh
Ukuran Butir Koloid Terhadap Deposisi Koloid Pada Tanah Sekitar Fasilitas
Penyimpanan Lestari Limbah Radioaktif. ISSN 1410-6086.
Qudsiyah, F. H. 2013. Implementasi Praktikum Aplikatif Berorientasi Chemoentrepreneurship (Cep)
Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Kimia Materi Pokok Koloid Siswa Kelas XI.
[SKRIPSI]. Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan Chemical yang tepat kepada Anda mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.
BalasHapusSalam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Oli industri
Rust remover
Coal & feul oil additive
Cleaning Chemical
Lubricant
Other Chemical
RO Chemical
Hand sanitizer
Evaporator
Oli Grease
Karung